Thursday 22 October 2015

Che Guevara, Dokter Bukan Sekadar Dokter

Siapa sangka, Che Guevara yang digandrungi anak-anak muda, aktivis buruh, dan aktivis HAM sebagai simbol pemberontakan dan perlawanan terhadap penindasan ini adalah seorang dokter yang handal. Lahir di Argentina 14 Mei 1928, Che Guevara adalah seorang bocah biasa yang kurus dan sakit-sakitan. Namun mulai dari usia inilah Che mengenal arti perjuangan.

Tidak seperti yang dipikirkan banyak orang yang mengenal Che Guevara sebagai sosok gerilyawan atau pejuang revolusi di Kuba, Che Guevara merupakan seorang dokter lulusan Universitas Buenos Aires Argentina. Pada bulan Juni 1953, Che menyelesaikan studinya di bidang kedokteran. Dia sangat menaruh perhatian besar dibidang penyakit kulit Lepra.

Setelah menyelesaikan kuliahnya, Che Guevara yang bernama asli Ernesto Guevara de la Serna meminta izin ke orang tuanya untuk berkeliling Argentina. Dari sinilah Che Guevara melihat banyak hal-hal yang mengusik hatinya. Mengendarai ‘moge’ bersama teman baiknya ia mengamati banyak ketimpangan di negaranya, ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, penyakit dimana-mana dan pemerintah yang korup. Berbekal seadanya sembari menyambung hidup dengan bekerja serabutan, ia tak lupa mengobati orang-orang yang ditemuinya selama perjalanan. Seteleh berkeliling di Argentina, ia memutuskan untuk berjuang di negara Kuba.

Ilmu kedokteran yang dimiliki Che Guevara merupakan salah satu dari banyak kemampuan yang ia dedikasikan untuk kemanusiaan. Baginya menjadi seorang dokter tidak hanya berkutat pada pengobatan penyakit dan bagaimana cara mencegahnya. Che Guevara bukan sembarang dokter, dilandasi nilai-nilai kemanusiaannya yang sangat tinggi, Che memikirkan hampir semua aspek, mulau dari sosial, ekonomi hingga politik untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk rakyatnya.

Dengan sikapnya yang demikian, Che Guevara tidak mentoleransi dokter-dokter yang hanya memperkaya dirinya sendiri. Baginya dokter-dokter seperti ini hanyalah antek-antek imperialis-kapitalis yang hanya mengeksploitasi keadaan demi keuntungan pribadi. Pidatonya yang bertajuk ‘On Revolutionary Medicine’ di Havana pada 19 Agustus 1960 memberi landasan filosofis bagaimana sikapnya pada dunia kesehatan yang menurutnya harus mengedepankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan rasa penderitaan yang sama. Pidatonya tersebut juga menceritakan bagaimana masyarakat dan dokter harus bisa bekerja sama demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bersama di negara Kuba.

Lebh jauh, pidatonya tersebut juga ia ejawantahkan dalam sistem kesehatan yang kemudian membuahkan hasil yang memuaskan. Harapan hidup di Kuba rata-rata 77 tahun, hanya setahun lebih rendah dari harapan hidup orang AS. Tahun 2007, angka kematian bayi di Kuba 5,3 per seribu kelahiran, lebih rendah dari angka kematian bayi di AS yang 6,37 per seribu kelahiran. Ada 6,5 orang dokter per seribu orang penduduk di Kuba, dibandingkan dengan 2,4 orang dokter per seribu orang penduduk di AS. Dengan kata lain, jika di Kuba tersedia seorang dokter bagi 155 orang penduduk, sedangkan di AS, tersedia seorang dokter bagi 417 orang penduduk.Kemudian yang lebih mengejutkan, tingkat kesehatan masyarakat di Kuba sangat tinggi, dicapai dengan pelayanan kesehatan (health care service) yang hanya 250 dollar AS per kapita, dibandingkan dengan 6000 dollar per kapita di AS, dan sekitar 3000 dollar per kapita di kebanyakan negara kaya. Ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di Kuba sangatlah terjangkau oleh semua kalangan.

Che Guevara dokter bukan sekadar dokter. Ia bisa menembus batas-batas profesinya mulai dari menjadi mahasiswa, jurnalis, hingga menjadi pejuang bersenjata untuk segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan. Meskipun ia lebih dikenal sebagai tokoh politik daripada seorang dokter, semangat perjuangannya perlu kita pupuk sebagai calon-calon tenaga kesehatan yang tidak hanya berorientasi pada materi duniawi tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan yang harus kita junjung tinggi. 

Sumber bacaan: 
Junaidi, Robert. 2013. Che Guevara Sang Revolusioner. Yogyakarta: Palapa.Sumber gambar: http://army-story.blogspot.co.id/

No comments:

Post a Comment