Friday 23 October 2015

7 Kisah lagu “Baper” Campursari Khas Didi Kempot

Kawan, apakah malam minggu ini Kamu masih seorang jomblo? atau Kamu sedang terngiang-ngiang masa lalu bersama si mantan? Atau jangan-jangan kamu sedang sakit hati karena ditinggal sang pujaan hati? Tenang-tenang biar tambah “ngenes” akan diceritakan kisah-kisah lagu “Baper” yang mungkin belum pernah kamu dengar.

Jika biasanya kamu mendengarkan lagu-lagu barat melankolis atau lagu-lagu Indonesia masa kini yang “baper”nya terkesan alay, tidak ada salahnya mencoba mendengarkan genre lagu jawa “campursari”.  Campursari merupakan salah satu genre lagu nasional yang berasal dari Jawa. Campursari merupakan perpaduan antara keroncong, dangdut dengan genre-genre lagu modern seperti pop dan jazz. Salah satu  penyanyi campursari yang terkenal adalah Didi Kempot. Didi Kempot merupakan salah satu ikon campursari yang terkenal dengan lagu-lagunya yang berisi kisah-kisah bagaimana perasaan seseorang yang menderita karena cinta.

Meskipun lagu-lagunya berbahasa Jawa , Didi Kempot merupakan salah satu penyanyi nasional yang sudah melanglang-buana ke luar negeri. Yang menarik adalah, lagu-lagu Didi Kempot cukup menggambarkan sosio-kultural masyarakat Jawa sehingga lagu-lagu Didi Kempot sangat familiar di kalangan masyarakat Jawa khususnya di pedesaan. Jika anda belajar etnografi masyarakat jawa tidak ada salahnya mengamati masyarakat Jawa lewat-lagu-lagu campursari Didi Kempot. 

Nah, kembali ke soal lagu-lagu “Baper”. Mari kita simak kisah-kisah 7 lagu “Baper” Didi Kempot sang maestro campursari ini.

1. Sri Minggat (Sri “Run Away”)

Berkisah tentang seorang pria yang menginginkan istrinya yang bernama “Sri” agar kembali setelah bertahun-tahun meninggalkannya. Mungkin dikarenakan si lelaki yang kurang bisa diandalkan, Sri tega meninggalkan kekasihnya dan memilih melupakan janjinya untuk tinggal  sehidup semati dengan suaminya. Yang menarik, dalam lagunya dikisahkan Sri meninggalkan suaminya dengan alasan pamit ingin pergi ke pasar untuk membeli terasi, namun nyatanya Sri tidak pernah kembali.

2. Layang Kangen (Surat Rindu)

Kisah tentang “Long Distance Relationship” surat cinta seorang istri pada suaminya. Setiap kali istrinya mengiriminya surat, sang suami sangat rindu untuk kembali bertemu dengan istrinya. Si suami sangat sedih saat membaca surat dari istrinya yang menginginkannya untuk segera pulang. Tetapi karena kondisi yang tidak memungkinkan, si suami hanya bisa berandai-andai jika ingin memliki dua buah sayap sehingga ia bisa terbang layaknya burung untuk bertemu dengan istri tercintanya. Liriknya yang menarik adalah “umpama tanganku dadi suwiwi iki ugo aku mesti enggal bali. Percaya Aku, cah ayu, entenana teka ku”.

3. Cidro (Derita Hati)

Lagu Cidro menceritakan tentang penderitaan seorang lelaki yang dikhianati kekasihnya karena kondisinya yang melarat dan serba kekurangan. Ia sangat menyesal karena sudah terlanjur mencintai kekasihnya. Disaat hubunganya sudah serius dan saling berjanji untuk saling mencintai, si perempuan ternyata mengingkari janjinya dan memilih untuk berselingkuh.  

4. Sewu Kutha (Seribu Kota)

Bagaimana jika Kamu tidak bisa ‘move on’ dengan seseorang yang Kamu cintai? Karena suatu hal orang yang kamu cintai hilang entah kemana. Sewu Kutho menceritakan seorang laki-laki yang bersusah payah mencari kekasihnya yang meninggalkanya tanpa sebab. Ia mencari bertahun-tahun berkelana dari satu kota ke kota yang lain hanya untuk mencari tahu keberadaanya. Pada akhirnya, sang lelaki sudah rela jika saat bertemu dengan kekasihnya, ia sudah memiliki orang lain dan mapan hidup sejahtera. Menurutnya yang paling penting, Ia bisa bertemu dengan kekasihnya walau itu hanya ‘satu kejapan mata’. 

5. Kasetyaning Prajurit (Kesetiaan Prajurit)

Berkisah tentang seorang prajurit yang akan segera ditugaskan untuk melindungi negaranya di medan laga. Perasaannya campur aduk saat ia harus meninggalkan istri dan anak-anak yang dicintainya. Menjelang berangkat, Si Prajurit berpesan kepada istrinya agar saat ditinggal pergi, sang istri bisa menjaga nama baik keluarga dan anak-anaknya. Ia berharap sang istri tidak mengecewakan dirinya yang sedang mencari nafkah untuk keluarga. Yang terakhir, ia berharap agar sang istri selalu mendoakannya. si Prajurit hanyalah manusia biasa yang bisa tiba-tiba celaka.  Oleh karena itu, hanya doa istrinyalah yang ia harapkan agar saat bertugas ia terhindar dari musibah. “Doamu selalu menjadi teman baikku”.

6. Stasiun Balapan

Stasiun Balapan merupakan stastiun yang berada di Kota Solo tempat Didi Kempot tinggal. Berkisah tentang kenangana masa lalu saat seorang lelaki mengatarkan kekasihnya di stasiun balapan. Si perempuan berjanji akan kembali karena ia hanya pergi hanya untuk beberapa bulan dan ia akan selalu mengiriminya surat agar hubungannya tidak terputus. Tapi kenyataanya bertahun-tahun ia tidak pernah kembali dan tak sekalipun ia mengiriminya surat. Si lelaki hanya bisa menunggu di Stasiun Balapan berharap kekasihnya kembali.

7. Bapak (Dad)

Sebagai penutup, lagu “Bapak” bukan merupakan lagu romantis tetapi mengisahkan tentang kekaguman seorang anak pada bapaknya yang tanpa lelah bekerja demi keluarga. Meskipun rambutnya sudah semakin beruban dan kondisi fisik yang semakin menurun seorang bapak selalu ingin menjadi tonggak kehidupan keluarga dan menjadi contoh bagi anak-anaknya. tekadnya membara melebihi panasnya api. Jika terkena cobaan, apinya semakin menjadi-jadi. “Aku, sebagai anakmu Pak, hanya bisa berdoa semoga Bapak selalu diberi kesehatan oleh yang Maha Kuasa, Aku ini Pak, Anak Bapak” Didi Kempot bangga. 

Itulah 7 lagu ‘baper’ campursari terpilih. Tidak kalah kisahnya dengan lirik lagu-lagu yang lain bukan? Apapun genrenya sebenarnya semua lagu bisa dinikmati. Tetapi menurut penulis lagu yang paling baik adalah lagu yang bisa memberi inspirasi dan kisah yang bisa diambil pelajaran. 

Selamat malam mingguan Mblo!!  

No comments:

Post a Comment